Oleh Nikki Tirta. Pemenjaraan Basuki hari ini (09/05/2017) sudah cukup tragis. Yang lebih tragis adalah sekarang beredar opini bahwa ...
Oleh Nikki Tirta.
Pemenjaraan Basuki hari ini (09/05/2017) sudah cukup tragis. Yang lebih tragis adalah sekarang beredar opini bahwa pemenjaraan tersebut adalah karena salah Jokowi. “Jokowi lemah! Jokowi tidak tegas! Jokowi mengorbankan Ahok!”, yah kira-kira seperti itulah nada-nadanya. Banyak komentator di tulisan saya yang sebelumnya menyatakan hal-hal yang seirama.
Saya coba menelusuri rekam jejak dari sebagian komentator tersebut. Saya menemukan, sebagian kecil memang adalah pendukung Pak Basuki sendiri, dan punya rekam jejak komentar yang saya katakan waras. Beberapa komentar di kolom-kolom sosial media rekan-rekan saya juga menyampaikan kesedihan yang sama. Saya mengerti, karena saya juga sedih. Yang pasti hari ini saya tidak berada bersama-sama dengan mereka yang sedang bergembira.
Tapi percakapan dengan beberapa pembaca yang kecewa ini membuat saya merasa makin resah. Kenapa mereka malah menyalahkan Jokowi? Di sini saya merasa ada yang tidak beres. Sebagian memang pendukung yang kecewa, tapi sebagian lagi saya temukan justru orang-orang yang berasal dari kelompok sebelah. Mereka yang dulu memaki-maki Pak Basuki, eh kok kini tiba-tiba jadi iba dan seolah membela “si penista”? Waduh, ini kok kayak mantan yang dulu maki-maki dan mau menyingkirkan kita, eh sekarang dia malah tiba-tiba jadi kasihan sama kita, yang ternyata, hanya untuk menyerang orang yang dia nda suka. “Kasihan yah si itu, setelah dimanfaatin sama si anu sampai habis terus dibuang karena udah ga berguna lagi.”, begitu kunang-kunang. #MendadakIba.
Terpecahnya pendukung Pak Basuki dan Pak Jokowi inilah yang pastinya diharapkan oleh kelompok sebelah. Manfaatnya apa? Tergerusnya dukungan untuk Jokowi di 2019. Betul bahwa menjadi kecewa adalah lumrah, tapi hati-hati, jangan sampai kekecewaan kita malah dimanfaatkan oleh orang-orang yang picik. Dari pengalaman, kita sudah tahu bahwa mereka adalah para pemancing ulung di air yang keruh. Merekalah yang memenjarakan Pak Basuki, lalu sekarang kenapa kita biarkan mereka menggunakan duka kita untuk menjatuhkan Pak Jokowi?
Salah bila kita berpikir bahwa lebih baik 2019 kita golput. Karena golput berarti mendukung mereka yang memenjarakan Pak Basuki hari ini. Berhenti mendukung orang baik di negeri ini sama saja dengan membunuh harapan Pak Basuki. Lah, kok orang yang kita bela malah kita “bunuh” sendiri? Pak Basuki bisa dipenjara, tapi semangatnya untuk birokrasi yang bersih di Indonesia tidak bisa ditahan di balik jeruji-jeruji besi. Justru kemenangan orang-orang ngehe itu bukan ketika Pak Basuki dipenjarakan hari ini. Kemenangan mereka adalah ketika kita berhenti memperjuangkan orang-orang baik di negeri ini.
Anonym: “Ahok Itu Dikorbankan Jokowi Demi Pemenangan 2019”
Cih, Pak Jokowi tidak mengorbankan Ahok demi cari aman. Beliau bukan tipikal orang yang mengorbankan orang lain demi diri sendiri. Saya percaya bahwa vonis hukuman dua tahun penjara ini tidak diharapkan Pakde. Kenapa? Karena justru dengan hilangnya Pak Basuki dari DKI, Pak Jokowi yang akan paling merugi. Saya sudah pernah ulas bagaimana jatuhnya kursi DKI ke tangan oposisi itu sama saja seperti menaruh belati di leher pemerintahan Jokowi. Apalagi dengan dipenjarakannya Pak Basuki yang punya visi, misi dan kualitas kinerja yang sejalan dengan Pakde Jokowi.Saya heran dengan banyak orang yang mempersalahkan Pak Jokowi secara berlebihan. Seolah-olah Pak Jokowi itu Superman yang bisa menyelesaikan semua perkara sendirian. Persis seperti film-film kartun zaman dulu, waktu ada kebakaran tinggal teriak “Heeelp!”, Superman langsung datang. Saya selalu ingat bagaimana dia selalu merobek kemejanya sampai kancingnya mental ke mana-mana.
Waktu berganti pakaiannya pun secepat kilat, yang karena saking cepatnya, dia lupa kalau cangcut merahnya selalu dia pakai di luar. Dia tinggal terbang ke arah suara, lalu beuh, langsung cewenya diamankan dalam pelukan. Enak memang jadi Superman, tanpa perlu kartu zomblo plus-plus, dia akan selalu mendapatkan pujian dan kecupan. Ah, neng-neng, kapan akang bisa begitu. Saya mengerti sekarang kenapa saya masih zomblo, karena saya bukan Superman. “Bilang aja kagak laku bang, bang, lagak lu itu”. Bwakakakkakak.
Kita mengharapkan Pak Jokowi itu seperti Superman, sekali cangcut dikibas, langsung semua masalah tuntas. “Pak Jokowi lemah, dia ga bisa tegas kepada ormas radikal!” Ya mana bisa ormas yang mengakar di Indonesia dengan jejaringnya yang sudah bertumbuh puluhan tahun disapu cuman dengan sekali usap. HTI saja sudah bercokol di Indonesia selama 37 tahun, itu pun untuk membereskannya masih ada serangkaian mekanisme hukum soal pembubaran civil society dalam sistem demokrasi. Itu baru ngurusin satu, HTI doang. Lalu, memangnya urusan Indonesia itu hanya soal membubarkan HTI? Kan engga. Presiden dan segenap jajarannya sudah berusaha serius untuk bekerja membenahi itu semua. Ya kita rakyatnya mbok mari turut mendukung untuk mengangkat beban ini bersama-sama.
sumber:[seword.com]
