Dijamin Nangis Bacanya.. (Aku Berhenti Menjadi Wanita Karir Demi Taat Pada Suami)..!!!!

Dunia Wanita - Sore itu sambil menunggu kedatangan teman yang akan menjemputku di masjid ini selesai ashar. Kulihat seorang yang berpakai...


Dunia Wanita - Sore itu sambil menunggu kedatangan teman yang akan menjemputku di masjid ini selesai ashar. Kulihat seorang yang berpakaian rapi, berjilbab serta tertutup tengah duduk selain masjid. Nampaknya ia tengah menunggu seseorang juga. Saya coba menegurnya serta duduk disebelahnya, mengatakan salam, sambil berkenalan.

Dan akhirnya pembicaraan hingga juga pada pertanyaan itu. “Anti telah menikah? ”.

“Belum ”, jawabku datar.

Lalu wanita berjubah panjang (Akhwat) itu bertanya lagi “kenapa? ”

Pertanyaan yang cuma dapat ku jawab dengan senyuman. Menginginkan kujawab lantaran masihlah akan melanjutkan pendidikan, namun rasanya itu bukanlah argumen.

“Mbak menunggu siapa? ” saya coba bertanya.

“Menunggu suami” jawabnya pendek.

Saya lihat kesamping kirinya, satu tas laptop serta satu tas besar lagi yang tidak dapat kutebak apa berisi. Dalam hati bertanya-tanya, dari mana mbak ini? Sepertinya wanita karier. Akhirnya kuberanikan juga untuk ajukan pertanyaan “Mbak kerja dimana? ”

Tak tahu kepercayaan apa yang membuatku sekian meyakini bila mbak ini memang seorang wanita pekerja, padahal setahu ku, akhwat-akhwat seperti ini kebanyakan cuma mengabdi sebagai ibu rumah tangga.

“Alhamdulillah 2 jam waktu lalu saya resmi tak bekerja lagi” jawabnya dengan muka yang aneh menurutku, wajah yang bersinar dengan ketulusan hati.

“Kenapa? ” tanyaku lagi.

Dia hanya tersenyum serta menjawab “karena berikut PINTU AWAL kita wanita karier yang dapat bikin kita lebih hormat pada suami” jawabnya tegas.

Saya berfikir sesaat, apa hubungan? Heran. Lagi-lagi dia cuma tersenyum.

Saudariku, bisa saya cerita sedikit? Serta saya mengharapkan ini dapat jadi pelajaran bernilai buat kita beberapa wanita yang Insya Allah cuma ingin didatangi oleh lelaki yang baik-baik serta sholeh saja.

“Saya bekerja di kantor, mungkin saja tidak butuh saya katakan nama kantornya. Upah saya 7 juta/bln.. Suami saya bekerja sebagai penjual roti bakar pada pagi hari serta es cendol di siang hari. Kami menikah baru 3 bln., serta kemarinlah untuk pertama kalinya saya menangis lantaran terasa durhaka kepadanya. Kamu paham.kamu mengerti mengapa?

Saat itu jam 7 malam, suami saya saya dari kantor, hari ini lembur, biasanya sore jam 3 telah pulang. Setibanya di rumah, mungkin hanya istirahat yang terlintas dipikiran kami wanita karier. Ya, Saya akui saya sungguh lelah sekali ukhty. Serta kebetulan waktu itu suami juga katakan bila dia masuk angin serta kepalanya pusing.

Celakanya rasa pusing itu juga menyerang saya. Berbeda dengan saya, suami saya cuma minta diambilkan air putih untuk minum, namun saya jadi berkata, “abi, pusing nih, ambillah sendirilah!! ”.

Pusing bikin saya tertidur sampai lupa sholat isya. Jam 23. 30 saya terbangun serta cepat-cepat sholat, Alhamdulillah pusing juga sudah hilang. Beranjak dari sajadah, saya lihat suami saya tidur dengan pulasnya. Menuju ke dapur, saya simak semuanya piring telah bersih tercuci. Siapa lagi yang bukanlah mencucinya jika bukanlah suami saya (kami memang berkomitmen tidak untuk mempunyai khodimah)?

Terlihat lagi semua pakaian kotor sudah di cuci.

Astagfirullah, mengapa abi mengerjakan semua ini?

Tidakkah abi juga pusing tadi malam? Saya segera masuk lagi ke kamar, berharap abi sadar serta ingin menjelaskannya, namun rasanya abi sangat capek, sampai tidak sadar juga.

Rasa iba mulai penuhi jiwa saya, saya pegang muka suami saya itu, ya Allah panas sekali pipinya, keningnya, Masya Allah, abi demam, tinggi sekali panasnya. Saya teringat pengucapan paling akhir saya pada suami tadi. Cuma diminta mengambilkan air putih saja saya menyanggahnya.

Air mata ini menetes, air mata lantaran sudah melupakan hak-hak suami saya. ”

Subhanallah, saya lihat mbak ini cerita dengan semangatnya, bikin hati ini merinding. Serta kulihat juga ada tetesan air mata yang di usapnya.

“Kamu tahu berapakah upah suami saya? Begitu berbeda jauh dengan upah saya. Sekitaran 600-700 rb/bln.. Sepersepuluh dari gaji saya sebulan.

Malam itu saya benar-benar terasa begitu durhaka pada suami saya.

Dengan upah yang saya punyai, saya terasa tidak butuh memohon nafkah pada suami, walau suami selalu memberikan hasil jualannya itu pada saya dengan ikhlas dari lubuk hatinya.

Setiap saat memberikan hasil jualannya, ia senantiasa berkata “Umi, ini ada titipan rejeki dari Allah. Diambil ya. Buat keperluan kita. Serta sedikit jumlahnya, mudah-mudahan Umi ridho”, begitulah tuturnya.

Waktu itu saya baru rasakan dalamnya kalimat itu. Begitu harta ini bikin saya sombong serta durhaka pada nafkah yang didapatkan suami saya, serta saya meyakini nyaris tak ada wanita karier yang selamat dari fitnah ini”

“Alhamdulillah saya saat ini memutuskan untuk berhenti bekerja, semoga dengan jalan ini, saya lebih bisa menghargai nafkah yang didapatkan suami. Wanita itu kerap demikian sulit jika tanpa harta, serta karena harta juga wanita kerap lupa kodratnya”

Lanjutnya lagi, tidak memberi kesempatan bagiku untuk bicara. “Beberapa hari waktu lalu, saya berkunjung ke rumah orangtua, serta bercerita kemauan saya ini. Saya sedih, karena orangtua, serta saudara- saudara saya malah tak ada yang mendukung niat saya untuk berhenti berkerja. Sesuai sangkaan saya, mereka jadi membanding-bandingkan pekerjaan suami saya dengan yang lain. ”

Saya masihlah terdiam, bisu mendengar keluh kesahnya. Subhanallah, apa saya dapat seperti dia? Terima sosok pangeran apa adanya, bahkan ikhlas meninggalkan pekerjaan.

“Kak, tidakkah kita mesti pikirkan hari esok? Kita kerja juga kan untuk anak-anak kita kak. Cost hidup saat ini mahal. Demikian banyak orang yang perlu pekerjaan. Nah kakak jadi ingin berhenti kerja. Suami kakak juga penghasilannya kurang. Mending jika suami kakak pengusaha kaya, bolehlah kita beberapa enjoy saja dirumah.

Salah kakak juga sih, jika ingin jadi ibu rumah-tangga, semestinya nikah sama yang kaya. Sama dokter muda itu yang punya niat melamar kakak duluan sebelumnya sama yang ini. Namun kakak lebih milih nikah sama orang yang belum terang pekerjaannya. Dari 4 orang anak ayah, Hanya suami kakak yg tidak berpenghasilan tetap serta yang paling untuk kami jengkel, kelihatannya suami kakak itu lebih sukai hidup seperti ini, ditawarin kerja di bank oleh saudara sendiri yang menginginkan membantupun tidak ingin, hingga heran saya, apa maunya suami kakak itu”. Ceritanya kembali mengalir, bercerita perkataan adik perempuannya waktu disuruhi pendapat.

“Anti tau, saya cuma dapat menangis waktu itu. Saya menangis bukan karena apa yang dikatakan adik saya itu benar, Untuk Allah bukanlah karenanya. Namun saya menangis lantaran imam saya telah DIPANDANG RENDAH olehnya. Bagaimana mungkin dia meremehkan setiap tetes keringat suami saya, padahal dengan tetesan keringat itu, Allah memandangnya mulia?

Bagaimana mungkin dia menghina orang yang selalu membangunkan saya untuk sujud pada malam hari?

Bagaimana mungkin dia mengejek orang yang dengan kalimat lembutnya selalu menenangkan hati saya?

Bagaimana mungkin dia menghina orang yang berani datang pada orangtua saya untuk melamar saya, waktu itu orang itu belum memiliki pekerjaan?

Bagaimana mungkin saja seorang yang begitu saya muliakan, nyatanya demikian rendah di hadapannya cuma karena satu pekerjaaan?

Saya mengambil keputusan berhenti bekerja, karena tidak menginginkan lihat orang membanding-bandingkan upah saya dengan upah suami saya. Saya mengambil keputusan berhenti bekerja juga untuk menghargai nafkah yang didapatkan suami saya.

Saya juga memutuskan berhenti bekerja untuk penuhi hak-hak suami saya. Saya berharap begitu saya tidak lagi menyanggah perintah suami saya. Semoga saya juga ridho atas besarnya nafkah itu.

Saya bangga dengan pekerjaan suami saya ukhty, begitu bangga, bahkan juga demikian menghormati pekerjaannya, karena tidak semua orang miliki keberanian dengan pekerjaan seperti itu.

Sewaktu kebanyakan orang lebih pilih jadi pengangguran daripada lakukan pekerjaan yang seperti itu. Namun suami saya, tidak ada rasa malu baginya untuk menafkahi istri dengan nafkah yang halal. Itulah yang bikin saya begitu bangga pada suami saya.

Satu waktu bila anti memperoleh suami seperti suami saya, anti tidak butuh malu untuk menceritakannya pekerjaan suami anti pada orang lain. Bukanlah permasalahan pekerjaannya ukhty, namun permasalahan halalnya, berkahnya, serta kita memohon pada Allah, semoga Allah menghindari suami kita dari rizki yang haram”. Ucapnya terakhir, sambil tersenyum manis padaku.

Serta dia mengambil tas laptopnya, bergegas menginginkan meninggalkanku. Kulihat dari terlalu jauh seseorang lelaki dengan memakai sepeda motor butut mendekat ke arah kami, wajahnya ditutupi kaca helm, walau tidak ada niatku memandang mukanya. Sambil mengucapkan salam, wanita itu meninggalkanku.

Muka itu tenang sekali, muka seseorang istri yang begitu ridho.

Ya Allah….

Saat ini giliran saya yang menangis. Hari ini saya bisa pelajaran paling terkesan dalam hidupku. Pelajaran yang membuatku menghapus sosok pangeran kaya yang ada pada benakku.. Subhanallah.. Walhamdulillah.. Wa Laa ilaaha illallah…Allahu Akbar..

Sahabat Berita Muslimah yang dirahmati Allah, cerita diatas kita ambillah hikmahnya saja mengenai keikhlasannya si istri tersebut, bila kita menginginkan tetaplah berkarir, jadi minta izin dulu pada suami, mas/kang bolehkah saya bekerja/berkarir? untuk menolong ekonomi kita. Bila suami kita membolehkannya, jadi bolehlah kita berkarir (namun mesti tetaplah menghormati suami), tetapi bila suami kita menolaknya karena sang suami takut anda bagaimana-bagaimana diluar sana (karena seorang suami tentu tahu sifat istrinya), jadi sebaiknya patuhi suami kita.



sumber : kabarmuslimah. com/
Nama

aktual,125,berita,346,gayahidup,6,hukum,35,humor,3,info menarik,110,inspiratif,4,kasus,9,kecantikan,3,keluarga,2,kesehatan,11,khasanah,1,kisah,32,kontroversi,22,kriminal,14,luar negri,1,mistik,9,motivasi,1,movis,1,opini,1,peristiwa,51,politik,137,ponsel,1,psikologi,1,sejarah,12,selebretis,7,sport,1,tips,34,unik,51,
ltr
item
MAPP NEWS: Dijamin Nangis Bacanya.. (Aku Berhenti Menjadi Wanita Karir Demi Taat Pada Suami)..!!!!
Dijamin Nangis Bacanya.. (Aku Berhenti Menjadi Wanita Karir Demi Taat Pada Suami)..!!!!
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqvA16xd6baEcrGYLhuRl-3Kul9GluUdM7Mc9Sd1FqLy78CTUOwCH8IMpMF_9R-dA9Qbkimwy2okxQNq9Uss2yWRbuHfZ7ZWlASe2BV-ff5WD-4a6KTpSaQQAkZim80HogrsGZCf0Nb4M/s640/Screenshot_20.png
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqvA16xd6baEcrGYLhuRl-3Kul9GluUdM7Mc9Sd1FqLy78CTUOwCH8IMpMF_9R-dA9Qbkimwy2okxQNq9Uss2yWRbuHfZ7ZWlASe2BV-ff5WD-4a6KTpSaQQAkZim80HogrsGZCf0Nb4M/s72-c/Screenshot_20.png
MAPP NEWS
https://mapnews7.blogspot.com/2016/10/dijamin-nangis-bacanya-aku-berhenti.html
https://mapnews7.blogspot.com/
http://mapnews7.blogspot.com/
http://mapnews7.blogspot.com/2016/10/dijamin-nangis-bacanya-aku-berhenti.html
true
2443697819229552469
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts LIHAT SEMUA Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS CONTENT IS PREMIUM Please share to unlock Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy