Ahok Kusuma Dilaga. Kiranya nama tersebut memang layak disandang Gubernur DKI yang tetap tersenyum manis sekalipun dikalahkan oleh Anies...
Tidak peduli Pak Fadli Zon mau bilang apa, nama Ahok bagi saya sudah terlanjur seharum bunga. Sekalipun anjing tetangga mau menggonggong di depan kantor Pak Fadli Zon, tidak akan saya gubris. Ahok tetaplah Sang Kusuma Dilaga. Maaf ya Pak Fadli, saya tidak mungkin setuju dengan saran-saran Anda. Toh Anda cuma wakil rakyat, dan saya adalah rakyat sejati yang tak mau diwakili oleh Anda. Sekali lagi maaf lho Pak Fadli Zon.
Ya, kusuma memang berarti bunga. Dilaga berarti medan laga atau peperangan. Sebuah nama diri yang khas laki-laki lengkap dengan semangat heroisme sesuai arti nama Kusuma Dilaga itu sendiri. Selalu menang dan menjadi bunga yang harum di dalam peperangan.
Itulah kenyataan bagi seorang Ahok. Semangat heroisme untuk membuat keadilan dan kesejahteraan bagi warga Jakarta bukan lagi kata sandi atau teka-teki, karena sudah terbukti. Tingkat kepuasan warga hingga angka 70% adalah tanda nyata kinerja Basuki Tjahaja Purnama. Pak Ahok yang sudah memersembahkan kerja untuk Jakarta dengan penuh sikap bakti pada Ibu Pertiwi selayaknya mendapatkan rangkaian bunga penuh cinta.
Biarlah lautan bunga di Balai Kota dan sekitarnya menjadi sarana bagi orang-orang waras untuk berbicara kepada dunia. “Sing waras aja ngalah!” – yang sehat cara berpikir dan bertindaknya jangan mengalah- kurang lebihnya seperti itu. Meminjam ungkapan KH Mustofa Bisri atau Gus Mus yang sempat menarik perhatian warga dunia maya.Banjir bunga yang sedemikian menggelora adalah penegas fakta tentang Jakarta di tangan Basuki Tjahaja Purnama. Fakta senyatanya betapa cahaya cinta Ahok untuk Ibu Kota Jakarta telah mengubah citra kota semrawut menjadi lebih tertata. Anugerah Pangripta Nusantara 2017 yang diterima pemerintah DKI belum lama ini adalah bukti tak terbantahkan.
Kota Jakarta tengah berbenah menuju kota yang indah dan berkah. Oleh Pemerintah Pusat, Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta bersama Basuki Tjahaja Purnama dipandang berprestasi dalam merencanakan pembangunan. Bahkan, predikat sebagai provinsi dengan inovasi terbaik dalam perencanaan juga disandang DKI. Hmmm… dapat dibayangkan apabila Basuki masih dipercaya memimpin Kota Jakarta untuk lima tahun mendatang.
Sungguh sayang beribu sayang, nasib berkata lain. Ternyata masih lebih banyak warga DKI yang mengabaikan prestasi Basuki. Lima tahun ke depan Anies-Sandi lebih dipercaya menjadi nakhoda Ibu Kota. Mampukah mereka mewujudkan Jakarta menjadi kota yang maju dan membuat semua warganya bahagia? Kita tunggu saja sambil menanam bunga, Saudara-saudara…
Yang jelas, aneka macam rangkaian bunga bersama untaian kata-kata kini menjadi saksi sejarah yang indah bahwa pernah ada Gubernur DKI Jakarta bernama Basuki Tjahaja Purnama. Ya, kerja Basuki sudah terbukti. Tidak heran bila kini dan selamanya terpatri dalam hati insan Indonesia raya. Apalagi, perkara memenangkan hati jelas bukan perkara mudah. Janji-janji manis dengan panggung sandiwara sekalipun belum tentu mampu memenangkan hati warga Jakarta. Kekalahan Ahok-Djarot dalam Pilkada, bagi saya belum bisa menjadi ukuran.
Mari kita tunggu lima tahun ke depan ketika Anies-Sandi selesai mewujudkan rumah tanpa DP. Kalau warga Jakarta mengapresiasi kerja Anies-Sandi dengan mengirimkan bunga 0% hingga memenuhi Balai Kota, barulah bagi saya Ahok-Djarot benar-benar kalah. Bila itu terjadi berarti warga Jakarta memang cerdas karena bisa memecahkan kata-kata sandi yang berbalut janji-janji manis. Pendukung Badja pada lima tahun ke depan tentu bisa turut bahagia melihat Anies-Sandi benar-benar jadi juara di panggung sandiwara plus-plus.Belum lama ini saja sudah nampak jelas kalau jurus triple password Ahok untuk mengunci APBD DKI tidak bisa dikalahkan oleh senyum tanpa pemanis dari seorang Anies. Sebuah validasi dan verifikasi bahwa Ahok tetaplah juaranya di panggung keadilan untuk Jakarta. Maka, samudera bunga di Balai Kota bagi saya adalah panggung pengukuhan bagi Ahok sebagai “Sang Kusuma Dilaga”.
sumber:[seword.com]