Saya teringat satu ini. Saat Jokowi mencalonkan diri sebagai calon Gubernur DKI Jakarta, ternyata yang menjadi pasangannya adalah sosok ya...
Saya teringat satu ini. Saat Jokowi mencalonkan diri sebagai calon Gubernur DKI Jakarta, ternyata yang menjadi pasangannya adalah sosok yang tak saya kenal sama sekali. Yang membuatnya cukup unik adalah Ahok adalah keturunan Tionghoa yang notabene jarang yang bermain di politik. Tapi seiring berjalannya waktu, semakin saya kenal dia, semakin saya yakin bahwa orang ini akan membawa perubahan yang signifikan untuk Jakarta bersama Jokowi.Saat mereka berdua dilantik, mereka langsung ngebut bekerja dan mengubah wajah Jakarta menjadi lebih baik dari kepemimpinan sebelumnya. Hingga akhirnya Jokowi melepaskan jabatannya untuk mengikuti Pilpres pada tahun 2014 dan digantikan Ahok. Transisi ini pun tetap berjalan mulus meski ada sedikit gangguan dari gerombolan sebelah yang sakit hati hingga berilusi mengangkat gubernur tandingan.
Banyak yang menilai Ahok dan Jokowi adalah pasangan sejoli sekaligus serasi. Saya juga melihatnya seperti itu, tidak seperti beberapa pasangan pejabat yang dari luar terlihat akrab, tapi di belakang saling bentrok. Tidak demikian dengan Ahok-Jokowi. Program kerja peninggalan Jokowi dilaksanakan dan diteruskan dengan baik oleh Ahok.
Tapi saat pilkada, Ahok melakukan kesalahan (menurut anggapan sumbu pendek) dengan menyinggung Al-Maidah 51. Itu pun sebenarnya tidak masalah sebelum unggahan dari si Buni Yani. Dari situlah, kasus ini digoreng hingga gosong oleh segerombolan orang yang itu-itu juga, kumpulan orang yang sakit hati dan menemukan peluang emas untuk balas dendam. Aksi 411, 212 dan aksi tiga angka lainnya dengan tema bela Islam yang sebenanrnya ada kepentingan politik di dalamnya.
Karena desakan tersebut, kasus Ahok dipercepat, dalam waktu singkat dijadikan tersangka, lalu terdakwa dan kemudian masuk penjara untuk jalani hukuman 2 tahun. Coba ingat kembali, Apakah Ahok pernah mengeluh? Tidak. Pernah mangkir? Tidak. Pernah bikin ulah? Tidak. Taat hukum? Pasti. Bahkan demi kepentingan negara, Ahok memilih mencabut hak banding supaya negara tidak makin repot.
Melihat persahabatan antara Ahok dan Jokowi, tentu wajar jika Ahok ingin meminta bantuan Jokowi untuk meluruskan kasus ini. Sahabatnya presiden, siapa yang tidak tergiur untuk menggunakan hak ini? Tidak semua orang bisa mengenal bahkan dekat dengan presiden. Bisa saja Ahok berlindung di belakang presiden dan mengambil keuntungan dari ini. Tapi Ahok tidak demikian. Dia tidak ingin lebih merepotkan Jokowi. Sadar kasusnya ini ikut membuat Jokowi terseret (gara-gara sekelompok orang ingin melontarkan gagasan lengserkan Jokowi), Ahok mengalah dan tak mau membahayakan Jokowi.
Tapi ada sekelompok orang, yang dari tindakannya sangat berseberangan dengan Jokowi dan Ahok, terutama si Anu yang sedang tidak berada di Indonesia saat ini. Dari ucapan dan perilakunya, sangat kontra dengan Jokowi. Dan seolah seperti kebetulan, orang ini juga terkena kasus. Awalnya kooperatif, tapi akhirnya kabur juga tak balik-balik.
Dan inilah perbedaan yang sangat jelas antara orang ini dengan Ahok. Ahok berteman baik dengan Jokowi, tapi tidak mewek dan merengek seperti anak kecil meminta bantuan. Nah, orang ini beserta gerombolannya selalu menentang dengan Jokowi. Tapi begitu kena kasus, minta tolong pada Jokowi untuk menghentikan kasusnya.
Sudah dibilang berkali-kali presiden tak boleh intervensi hukum, tapi mereka tetap ngotot mendesak Jokowi. Padahal, anehnya bin lucunya, mereka yang dulu ngamuk-ngamuk menuduh Jokowi melindungi Ahok dan memperingatkannya agar tidak interevensi. Sekarang mereka minta Jokowi melanggar apa yang mereka peringatkan sebelumnya.
Nah, bukan hanya sampai di situ, mereka juga tak segan-segan mengatakan pemerintah mengkriminalisasi ulama, memojokkan umat Islam dan mengatakan kasus yang menimpa pimpinannya adalah rekayasa. Bahkan lebih jauh lagi, mereka berencana melakukan revolusi kalau pemerintah tidak mau rekonsiliasi.
Ini ibarat begini, seorang cowok benci dengan ceweknya dan minta putus. Akhirnya putus. Tidak lama kemudian, cowok minta balik tapi ceweknya tidak mau. Cowok tersebut marah, murka, merengek bahkan mengancam padahal dia sendiri yang dulunya benci dan minta putus. Cowok macam apa ini? Sudah paham maksudnya?
Begitulah Jokowi sekarang, sering diganggu, direpotin, dituduh macam-macam pakai hoax, diancam.Bagaimana menurut Anda? [swd]