Menjadi Kaya Bukan Karena Uang

Akhir-akhir ini banyak membaca berita yang membahas tentang politik. Entah Pilkada, entah korupsi, entah Freeport, entah reklamasi, ent...


Akhir-akhir ini banyak membaca berita yang membahas tentang politik. Entah Pilkada, entah korupsi, entah Freeport, entah reklamasi, entah yang lainnya. Intinya yang aku dapat adalah hampir semua berhubungan dengan uang.
Maju dalam Pilkada, tentu membutuhkan banyak uang untuk melakukan kampanye. Ada yang mendapat sumbangan dari masyarakat, sumbangan dari partai, sumbangan dari para pengusaha dan ada juga yang merogoh dari kantong sendiri.
Korupsi? Sudah, tak usah ditanya. Semua sudah tahu kerugian negara berapa untuk satu kasus E-KTP saja. Belum yang lainnya, yang hanya membuat pusing kepala Barbie. Eh, masih dipakai tidak sih istilahnya?
Masalah Freeport yang mengharuskan mereka untuk mengikuti aturan Indonesia. Yang lagi-lagi berhubungan dengan uang, yaitu masalah pajak dan bagi hasil.
Bagaimana dengan reklamasi? Ada yang setuju ada yang tidak, masing-masing memiliki kepentingannya sendiri. Ada yang memang kepentingan untuk orang banyak, ada juga yang kepentingan untuk diri sendiri dan kelompoknya.
Uang  bukan segala-galanya. Namun, uang berhubungan dengan segala-galanya. Dalam hidup, uang hampir menguasai segalanya. Transaksi sehari-hari memakai uang. Untuk makan, butuh uang untuk membeli hanya sekedar bahannya saja. Beli minum juga butuh uang. Transportasi untuk pergi ke tempat kerja, lagi-lagi uang yang menguasai. Entah kendaraan pribadi yang butuh bahan bakar maupun kendaraan umum yang memang harus bayar.
Bagi kita yang berkecukupan, mungkin tak ada masalah dengan yang namanya uang. Uang yang berlebih masih bisa ditabung. Tapi, bagaimana dengan mereka yang hidupnya pas-pasan dan bahkan kekurangan? Untuk makan saja susah. Di sinilah uang itu berperan. Kalau memang kita memiliki hati yang berbelas kasih, hati yang peduli akan orang lain, mengapa tak kita sisihkan sedikit dari yang kita punya untuk mereka yang membutuhkan? Tak usah mengharapkan imbalan ketika kamu menyumbang dengan sukarela dan ikhlas.
Namun, itu sepertinya tak akan berlaku bagi mereka yang hati dan pikirannya sudah dikuasai oleh uang. Seberapa banyakpun uang yang mereka miliki, kalau sudah tamak pasti tak akan pernah merasa cukup. Mereka akan terus mengumpulkan uang untuk dirinya sendiri tanpa memikirkan orang lain. Kalau perlu, cara licik dan jahatpun akan dilakukan. Bahkan, tak segan-segan mencuripun akan mereka tempuh. Orang kaya mencuri? Itu lucu. Tapi, itu terjadi. Kalau tidak, tak akan ada yang namanya korupsi. Ya, ‘kaaan?
Aku tak sedang membahas orang-orang yang menjadi budak uang. Tapi aku ingin membahas bagaimana kita mempergunakan uang dengan bijak. Bukan untuk diri sendiri saja, namun juga untuk orang lain.
Kata menyumbang atau donasi sudah sering kita dengar, begitu juga dengan beasiswa. Aku pribadi, aktif dalam satu gerakan yang membiayai anak-anak sekolah yang berasal dari keluarga yang kurang mampu. Meskipun saat ini aku baru berani ‘memegang’ satu anak asuh, tapi buatku itu menjadi kebahagiaan tersendiri. Ikut terlibat dalam membantu sesama itu rasanya ada rasa berbagi yang terpuaskan.Awal-awal bergabung, aku merasa kalau aku memiliki dana lebih (meski sedikit) untuk membantu setidaknya satu anak untuk ia tetap bersekolah. Jujur, aku melakukan itu tanpa pernah berpikir panjang, dalam artian aku hanya menyisihkan sebagian kecil dari penghasilanku untuk diserahkan ke sebuah gerakan komunitas. Tak pernah berpikir siapa anak yang akan menerima beasiswa, atau bagaimana perasaan mereka saat menerima beasiswa tersebut. Tak pernah sama sekali di tahun-tahun pertama.
Baru-baru ini, aku melihat tayangan testimonial salah satu anak yang menerima beasiswa. Isinya benar-benar membuatku terpana. Bagaimanapun juga, aku tak pernah berpikir kalau dampaknya akan sangat positif. Aku mempunyai kebiasaan kalau hal yang sama kulakukan terus menerus akan menjadi habit. Jadi, biasanya sudah terekam secara otomatis setiap bulan mentransfer dana beasiswanya. Hehehe…
Video diawali dengan kata-kata, “Kemiskinan bukanlah faktor untuk menyerah dengan keadaan.” Itu kata-kata menembus hati saat aku mendengarnya. Ya, miskin ataupun kekurangan bukanlah pilihan hidup mereka. Tapi, mereka tak pernah menyerah dengan hal itu. Mereka sama dengan kita, sama dengan anak-anak lain yang memiliki cita-cita setinggi langit. Tak ada biaya untuk sekolah bukan berarti menjadi putus asa, namun mencoba untuk bangkit dan berlari mengejar cita-cita itu.
Saat itu juga aku malu mendengarnya. Malu, karena aku selama ini berkecukupan bahkan sampai selesai kuliah dibiayai oleh orang tua, masih saja sering mengeluh akan hal-hal yang tak penting. Anak-anak itu, mereka tak mengeluh dengan keadaannya, malah gigih untuk terus belajar hingga ke jenjang yang lebih tinggi. Aku bersyukur karena aku memilih untuk ikut terlibat dalam gerakan ini.
Yang tak pernah kusangka-sangka, ternyata keluargaku juga melakukan hal yang mirip. Bukan beasiswa, tapi lebih pada penyediaan raskin untuk keluarga-keluarga yang kurang mampu. Keluargaku beranggapan tak ada salahnya menyisihkan sebagian kecil dari yang kita miliki.
Uang bisa membawa pada kehancuran. Namun, dengan uang kamu juga dapat membantu sesamamu yang membutuhkan. Asalkan akal sehatmu yang menguasai pikiranmu, maka segala tindakanmu tentulah tindakan yang masuk akal.
Menjadi kaya bukan berarti mengumpulkan harta dan menyimpannya untuk kamu gunakan sendiri. Dengan membantu orang lain, itu akan semakin memperkaya dirimu. Memperkaya dalam artian memiliki rasa senang dan bahagia yang tak ternilai karena dapat berbagi dengan mereka yang membutuhkan. Bukan tak mungkin kedepannya anak-anak yang kamu bantu dapat mencapai cita-citanya dan mereka menjadi manusia yang berguna bagi Indonesia.
Kaya bukanlah patokan nilai yang dapat diukur untuk kebijaksanaan seseorang. Otak dan pikiran yang waraslah yang mengendalikan segala keputusan bijakmu. Uang bukanlah hal yang harus dikejar sepanjang waktu. Melakukan hal yang bergunalah merupakan kekayaan yang sebenarnya. Uang hanyalah alat untuk memperoleh sesuatu. Dirimu sendirilah yang memegang kendali atas uang, bukan uang yang mengendalikanmu.
sumber:[seword.com]
Nama

aktual,125,berita,346,gayahidup,6,hukum,35,humor,3,info menarik,110,inspiratif,4,kasus,9,kecantikan,3,keluarga,2,kesehatan,11,khasanah,1,kisah,32,kontroversi,22,kriminal,14,luar negri,1,mistik,9,motivasi,1,movis,1,opini,1,peristiwa,51,politik,137,ponsel,1,psikologi,1,sejarah,12,selebretis,7,sport,1,tips,34,unik,51,
ltr
item
MAPP NEWS: Menjadi Kaya Bukan Karena Uang
Menjadi Kaya Bukan Karena Uang
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2gPtmW_kefX5Xt-Z-fXRZ9J_3etMqrmm9sSv4IC4a5ZEm9yc3lov_L3Y9Kx6GgOo7_5hzHZD09eAGv5lagM5hobxIR6SK9N0UTbYmy-JilkhiLFGo6iAo6u_BL45rreqmZS3jDrZaM-8/s640/menjadi-kaya-bukan-karena-uang-300x200%25402x.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2gPtmW_kefX5Xt-Z-fXRZ9J_3etMqrmm9sSv4IC4a5ZEm9yc3lov_L3Y9Kx6GgOo7_5hzHZD09eAGv5lagM5hobxIR6SK9N0UTbYmy-JilkhiLFGo6iAo6u_BL45rreqmZS3jDrZaM-8/s72-c/menjadi-kaya-bukan-karena-uang-300x200%25402x.jpg
MAPP NEWS
https://mapnews7.blogspot.com/2017/03/menjadi-kaya-bukan-karena-uang.html
https://mapnews7.blogspot.com/
http://mapnews7.blogspot.com/
http://mapnews7.blogspot.com/2017/03/menjadi-kaya-bukan-karena-uang.html
true
2443697819229552469
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts LIHAT SEMUA Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS CONTENT IS PREMIUM Please share to unlock Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy