Sekelompok sejarawan Siberia menemukan dua bangkai kapal dari abad ke-19 dalam ekspedisi khusus yang dilakukan Komunitas Geografis Rusia pa...
Sekelompok sejarawan Siberia menemukan dua bangkai kapal dari abad ke-19 dalam ekspedisi khusus yang dilakukan Komunitas Geografis Rusia pada Juli lalu, demikian dilaporkan Sputnik, Rabu (10/8).
Miklukho-Maklay, Antropolog Rusia yang Menolak Teori Ilmiah Rasisme
Salah seorang sejarawan yang terlibat dalam ekspedisi tersebut, Alexander Goncharov, menceritakan kisah penemuan dua kapal itu pada Arctic.ru. Ia dan rekannya menyusuri Sungai Yenisei menggunakan perahu catamaran selama sebulan dengan harapan akan menemukan jejak kapal yang menyambangi wilayah tersebut beberapa abad lalu. Kapal pertama yang ditemukan kedua peneliti ialah kapal uap Inggris ‘Thames’ yang berada di dekat kota Turukhansk. Sementara kapal kedua, Severnoe Siyaniye (Cahaya Utara) milik Rusia, ditemukan di Taimyr.
“Saat melihat kapal Thames, kami segera tahu dan sangat yakin itu adalah kapal Thames. Tak mungkin ada kapal lain di sana,” kata Goncharov.
Bangkai kapal Thames ditemukan di mulut Sungai Salnaya Kuria (anak Sungai Yenisei), dekat Desa Goroshikha, pada kedalaman sekitar dua hingga sepuluh meter. Menurut Goncharov kapal itu tiba di Yenisei pada tahun 1876 dengan membawa penjelajah Inggris yang terkenal Joseph Wiggins. Namun, kapal uap Inggris tersebut menghadapi masalah serius di Siberia. Pada 1877, kapal Thames tenggelam dan membeku.
"Setelah menghabiskan musim dingin di sana, Wiggins mencoba untuk kembali ke Inggris, tapi kapal tersebut kandas di dekat kota Igarka. Setelah itu, dia menjual kapal Thames kepada para pedagang kota Yeniseisk. Para pedagang mencoba menarik kapal, menyeretnya ke Sungai Salanya Kuria, tapi akhirnya kapal hancur dan tenggelam. Kapal Thames terkubur di sana selamanya," terang Goncharov.
Apa yang Dilakukan Para Penjelajah Kutub Rusia?
Hal yang sama dialami oleh kapal Severnoe Siyaniye pada tahun 1876. Dalam perjalanan menuju Sankt Peterburg, kapal yang membawa berbagai koleksi ilmiah untuk universitas serta hewan yang akan ditempatkan di kebun binatang Sankt Peterburg ini terjebak badai dan terpaksa menghabiskan musim dingin di Yenisei. Gara-gara kapten kapal bertengkar dengan seorang pejabat lokal, penduduk setempat dilarang menjual makanan bagi para awak kapal, sehingga para awak kapal mati kelaparan. Menurut Goncharov, bangkai kapal tersebut sulit diidentifikasi karena dalam kondisi rusak parah akibat dihantam badai.
"Kami perlu melakukan penelitian arkeologi ilmiah. Lokasi penemuan telah ditandai dalam peta, mungkin kami akan mengirim informasi ini kepada tim arkeolog kelak untuk dikonfirmasi. Untuk saat ini, kami baru membuat identifikasi sederhana," kata Goncharov.
Ekspedisi ini diselenggarakan oleh Pusat Ekspedisi Komunitas Geografis Rusia, bekerja sama dengan pemerintah Siberia dan Universitas Negeri Siberia.
Tujuh Penjelajah Terhebat dalam Sejarah Rusia