Dalam masa pemerintahan Joko Widodo, reshuffle jilid pertama terkena kepada Anies Baswedan yang pada saat itu menjabat sebagai menteri pe...
Dalam masa pemerintahan Joko Widodo, reshuffle jilid pertama terkena kepada Anies Baswedan yang pada saat itu menjabat sebagai menteri pendidikan dasar dan kebudayaan. Kesamaan latar belakang ini, mungkin saja membuat banyak asumsi-asumsi yang cukup masuk akal tentang keberpihakan JK terhadap pasangan Anies Sandi.
Untuk diketahui oleh para pengamat politik yang masih newbie, kita harus tahu bahwa JK pernah menjadi menteri perdagangan di era pemerintahan Gus Dur. Gus Dur yang pada saat itu menjadi presiden, melakukan reshuffle kabinet kementeriannya.
Rekam jejak JK saat menjadi menteri, memang harus diakui sebagai sebuah pemecatan. Ahmad Doli Kurnia yang pada saat itu menjabat sebagai wasekjen DPP Partai Golkar, mengatakan bahwa Jusuf Kalla dipecat karena adanya indikasi korupsi, kolusi dan nepotisme. Bahkan ia juga mengatakan JK pada saat itu merupakan orang yang tidak disiplin di dalam menjalankan tugasnya sebagai menteri perdagangan. Awalnya saya kurang percaya dengan apa yang dikatakan oleh Doli.
Seiring waktu berjalan, ternyata kita melihat adanya indikasi yang seperti itu. Wakil presiden Jusuf Kalla sekarang sudah menunjukkan keengganannya untuk disiplin terhadap Presiden Joko Widodo. Pak Dhe memerintahkan seluruh jajarannya untuk bersikap senetral mungkin di dalam menghadapi Pilkada DKI Jakarta.
Namun apa yang dilakukan oleh Jusuf Kalla di tengah-tengah semangat netralitas yang dijunjung oleh Istana? Berani-beraninya ia membantah prinsip netralitas ini. Awalnya memang sulit menebak langkah JK, karena JK cukup lihai dan ahli di dalam menyembunyikan setiap langkah politiknya. Namun belakangan ini kita tahu bahwa istrinya ternyata memiliki kedekatan khusus dengan ibu-ibu paslon nomor 3, Anies Sandi.
Mungkin JK berpikir bahwa nasi sudah jadi bubur, lantas JK melepaskan seluruh topeng dan secara terang benderang mendukung pasangan calon Anies Sandi. Mungkin karakternya yang indisiplin dan tidak netral ini membuat Gus Dur berang, sebagai pembantu presiden bagaimana mungkin pergi keluar negeri tanpa izin?Pak tua ini sekarang sudah semakin jelas menunjukkan keberpihakannya kepada Anies Sandi dan kubu Prabowo. Pak Dhe saat ini sedang dalam kondisi yang kurang baik. Pak Jokowi sekarang mulai dijepit dari segala arah. Namun rasa kagum kepada Pak Dhe Jokowi tetap tidak bisa saya bendung. Di dalam tekanan yang begitu menghimpitnya, ia tetap diam dan tenang.
Keheningan Pak Dhe dan senyuman Pak Dhe inilah yang membuat para kaum Islam garis keras semakin tertekan. Melihat bagaimana bijaksana Pak Dhe di dalam merespons setiap kasus yang ada, tentu kita melihat bagaimana sosok yang begitu terbalik dengan Prabowo. Prabowo yang memiliki masa lalu yang kelam, sering mengeluarkan statemen yang justru kontra produktif. Pak Dhe tidak terpancing untuk tersulut. Saya sampai heran pelatihan hidup macam apa yang selama ini dilalui oleh Pak Dhe.
JK yang sudah semakin terang benderang mendukung Anies Sandi yang merupakan usungan partai oposisi pemerintah, membuat Pak Jokowi juga tidak bergerak sedikitpun. Apa yang ia kerjakan adalah kerja, kerja, kerja. Dedikasinya untuk Indonesia membuatnya begitu dicintai. Namun Pak Dhe tetap memiiki potensi bisa dijatuhkan. Isu-isu PKI yang begitu menyengat, dan isu mengenai antek komunis yang begitu busuk, disematkan di tubuhnya, oleh orang-orang yang tidak suka dengan Pak Dhe.
Kebusukan-kebusukan yang dihasilkan oleh mulut kotor para pemfitnah, membuat rakyat Indonesia terganggu. Banyak warga menengah ke bawah yang kurang cerdas, terkena isu ini. Ilusi-ilusi yang dibangun oleh para pemfitnah, menjadikan citra Pak Jokowi buruk.
Jadi dengan setiap fakta ini, kita tetap harus sadar bahwa kekuatan partai oposisi yang diisi oleh kumpulan bajingan-bajingan politik ini, tidak boleh dipandang sebelah mata. Mereka mendapatkan beking dari wakil presiden Indonesia. Wapres yang mendukung langkah Anies Sandi sampai terpilih menjadi pemimpin Jakarta, membuktikan bahwa mereka tidak boleh dipandang sebelah mata. Jangan sampai Indonesia jatuh ke tangan politisi busuk yang memperkaya diri, namun lupa bahwa ada sorga yang semakin menjauh dari diri mereka.
Betul kan yang saya katakan?
sumber:[seword.com]
http://www.republika.co.id/berita/pemilu/hot-politic/14/06/12/n71g5j-golkar-jk-pernah-dipecat-gus-dur-karena-korupsi