Rasanya melihat ulah yang dilakukan para pendukung Rizieq terutama alumni 212 semakin tidak mengundang simpati, tapi mengundang kecaman....
Ini salah satu yang bikin geleng-geleng kepala. Mengerahkan massa sampai sejuta orang? Meski saya sangat ragu jumlahnya bisa segitu, tapi anggap saja benar, mau bilang 10 juta massa pun tidak masalah kok. Sudah terbiasa dengan model hitungan matematika mereka. Sejuta orang di bandara bisa melumpuhkan bandara lho. Bayangkan saja jumlah massa setara daya tampung stadion GBK dikali 10. Entah mau cari sensasi atau mau pamer kekuatan, tapi caranya hanya akan membuat orang menilai mereka bodoh. Bandara lumpuh, berapa kerugian ekonomi dan lainnya yang harus ditanggung, saya rasa mereka takkan mampu berpikir sejauh itu. Di pikiran mereka hanya ada kepentingan mereka sendiri, tapi masa bodo dengan kepentingan penumpang lain. Dan yang paling tidak saya pahami adalah menyambut Rizieq sebagaimana menyambut nabi? Kalau ini, saya tak mau perpanjang, biar pembaca sendiri yang menilai seperti apa mereka.
Memang Sambo tidak mengungkap kapan tepatnya Rizieq kembali ke Indonesia. Namun, dia menegaskan bahwa Rizieq hanya akan datang jika umat Islam sudah siap. “Kita akan buat gerakan besar, pertama Jumat lusa kita buat tabligh akbar di Masjid Sunda Kelapa, lalu kita undang lagi Jumat depannya di Istiqlal. Kita rancang gerakan penyambutan. Jadi bukan habib yang minta. Setelah umat siap kita sampaikan ke habib, ‘Bib umat udah siap.’ Kita yang jadi penentu,” katanya.Dari statement ini saya menangkap Rizieq tidak berani pulang kalau umat tidak siap. Apa maksudnya baru mau pulang setelah umat siap? Ingin dikawal dan takut sendiri? Jadi secara tidak langsung, statement tersebut mengisyaratlan Rizieq hanya berani pulang kalau ada massa.
Presidium 212 juga mengajak warga, khususnya umat Islam untuk mengibarkan bendera setengah tiang, terhitung hari ini. Gerakan bendera setengah tiang itu sebagai simbol kematian hukum di Indonesia. Ini juga menurut saya ngawur. Pengibaran bendera setengah tiang diatur oleh undang-undang, tidak bisa dilakukan dan dikondisikan sesuka hati. Setahu saya, pengibaran bendera setengah tiang dilakukan sebagai tanda berkabung misalnya ada pimpinan negara yang meninggal dunia atau dalam kondosi tertentu. Jadi rasanya tidak masuk di akal saja memberikan imbauan kibarkan bendera setengah tiang gara-gara kasus Rizieq, seolah mereka adalah kepala negara yang menguasai negara ini. Sungguh lucu.
Ulah ini rasanya paling lucu sekaligus paling memprihatinkan. Kenapa? Presidium 212 juga akan menggalang kekuatan untuk menggelar aksi mosi tidak percaya kepada pemerintah. Aksi itu, kata Sambo, bertujuan untuk menuntut mundur Presiden Joko Widodo. “Kenapa? Karena sudah melanggar sumpahnya sebagai Presiden, yang seharusnya menegakkan hukum dan konstitusi,” kata Sambo.
Hahaha, ujunh-ujungnya presiden yang dibidik. Sudah bisa ditebak dari kemarin-kemarin. Banyak yang mencium bidikan terhadap Jokowi sejak kasus Ahok menyentuh titik kritis. Sasaran tembak menuju ke Jokowi dengan Ahok sebagai umpannya. Ada saja alasan dan dalih untuk menyeret Jokowi yang jelas-jelas terlalu sibuk mengurusi negara ketimbang mengurusi kasus Rizieq. Sangat tidak sebanding dengan banyaknya prioritas lain yang lebih mendesak. Jokowi dulu dilarang intervensi kasus Ahok, sekarang malah diminta intervensi kasus Rizieq, dan kalau tidak, malah dinilai langgar HAM berat. Bagaimana ini? Semuanya serba salah di mata mereka, tuntutan mereka tidak masuk akal sih. Mau sampai kapan tuntutan seperti ini diladeni? Tuntutan mereka ini seolah ingin menunjukkan kalau mereka bisa mengendalikan negara dengan memaksa tuntutannya terpenuhi. Begitukah?[seword]